Wednesday, October 25, 2017

MAKALAH HADITS TARBAWI: PESERTA DIDIK dan PERAN SERTA DALAM PENDIDIKAN

MAKALAH HADITS TARBAWI: PESERTA DIDIK dan PERAN SERTA DALAM PENDIDIKAN

    I.        PENDAHULUAN
          Peserta didik adalah orang yang memilii potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui pendidikan, baik melalui fisik maupun psikis, baik itu pendidikan di lingkungan keluarga, sekolah, maupun di lingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Potensi dasar itu sering disebut sebagai fitrah.. dalam menentukan potensi fitrah tersebut orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam pendidikan.
            Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan karena dipahami sebagai kebutuhan-kebutuhan dasar yang harus dimiliki seorang anak. Manusia akan menemukan status sebagai manusia apabila telah mendapatkan pendidikan. Untuk itu pendidikan bagi anak menjadi factor penting dalam memanusiakan manusia. Melalui pendidikan itulah manusia dapat menemukan pengetahuan, kecakapan, dan keahlian dalam kehidupannya.
            Sebagai makhluk yang imitasi (meniru) pendidikan menjadi hal yang harus diberikan pada anak. Tanpa dididik anak tidak akan mampu mengembangkan fitrah  kebaikan yang dibawa sejak lahir tersebut. Untuk itu pendidikan terhadap anak harus dioptimalkan sehingga segala potensinya dapat berkembang dan bermanfaat  dalam hidupnya diwaktu akan dating. Dengan pendidikan anak akan mampu membedakan yang baik dan buruk, benar dan salah, dan lain sebagainya sehingga hidupnya dapat berkualitas dan dapat berhasil  sesuai apa yang diharapkan.
            Dalam makalah ini akan dipaparkan beberapa hadits terkait dengan peserta didik meliputi hadits tentang fitrah anak, kemuliaan martabat peserta didik, keutamaan peserta didik, dan lain-lain
  II.        RUMUSAN MASALAH
A.     Apa pengertian peserta didik ?
B.     Bagaimana hadits tentang peserta didik ?

III.        PEMBAHASAN
A.     Pengertian peserta didik
            Secara etimologi peserta didik adalah anak didik yang mendapat pengajaran ilmu. Sedangkan secara terminology peserta didik adalah anak atau individu yang mengalami perubahan, pertumbuhan dan perkembangan, sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dalam membentuk kepribadian serta sebagai bagian struktural proses pendidikan. Bengan kata lain peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun psikis.
            Sebagai individu yang tengah mengalami fase perkembangan tentu peserta didik tersebut masih banyak memerlukan bantuan, bimbingan dan arahan untuk menuju kesempurnaan. Hal ini dapat dicontohkan ketika seorang peserta didik berada pada usia balita selalu mendapatkan bantuan dari orang tuanya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan barang mewah (raw material) yang harus diolah dan dibentuk sehingga menjadi suatu produk pendidikan. Berdasarkan hal tersebut secara singkat dapat dikatakan bahwa setiap peserta didik memiliki eksistensi atau kehadiran dalam sebuah lingkungan, seperti halnya sekolah, keluarga, pesantren bahkan dalam lingkungan masyarakat.
            Dengan diakuinya keberadaan seorang peserta didik dalam konteks kehadiran dan keindividuannya, maka tugas dari seorang pendidik adalah memberikan bantuan, arahan, dan bimbingan kepada peserta didik menuju kesempurnaan atau sesuai dengan kedewasaannya.
kriteria peseta didik :
Syamsul  nizar mendeskripsikan enam kriteria peserta didik, yaitu:
a.       Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa
b.       peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiri
c.        peserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhan
d.       peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia berada.
e.        peserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
f.        peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi atau fitrah yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis. [1]
            Di dalam proses pendidikan seorang peserta didik yang berpotensi adalah objek atau tujuan dari sebuah sistem pendidikan yang secara langsung berperan sebagai subyek atau individu yang perlu mendapat pengakuan dari lingkungan sesuai dengan keberadaan individu itu sendiri. Sehingga dengan pengakuan tersebut seorang peserta didik akan mengenal lingkungan dan mampu berkembang dan membentuk kepribadian sesuai dengan lingkungan yang dipilihnya dan mampu mempertanggungjawabkan perbuatannya pada lingkungan tersebut. Sehingga agar seorang pendidik harus mampu memahami peserta didik beserta segala karakteristiknya. Adapun hal-hal yang harus dipahami adalah:
1.       kebutuhannya
2.       dimensi-dimensinya
3.       intelegensinya
4.       kepribadiannya.[2]

B.     Hadits tentang peserta didik
Karakteristik peserta didik
            Semua manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yaitu suci, sebagian ulama mengatakan bahwa fitrah tersebut adalah potensi beragama. Sebagaimana hadits Rasulullah SAW yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيْمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيْمَةَ، هَلْ تَرَى فِيْهَا جَدْعَاءَ رواه البخارى ومسلم وأبوداود والترمذى والنسائى ومالك وغيره
                        Abu Hurairah RA meriwayatkan bahwa nabi SAW bersabda:”Setiap anak dilahirkan menurut fitrah (potensi beragama islam), Selanjutnya, kedua orang tuanyalah yang membelokannya menjadi yahudi, Nasrani, atau Majusi bagaikan binatang melahirkan binatang, apakah kamu melihat kekurangan padanya?” (HR. Imam bukhari dan Imam Muslim, Abu Dawud, tirmidzi, Nasa’I, Malik)
                        Dari hadits di atas ada dua hal yang dapat di pahami yaitu,pertama: setiap manusia yang lahir memiliki potensi, menjadi orang jahat dan potensi yang lainnya. Kedua: potensi tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan terutama orang tua karena merekalah yang pertama yang sangat berperan dalam menjadikan anaknya menjadi yahudi, nasrani, dan majusi.
                        Konsep hadits tersebt sesuai dengan teori konvergensi pada perkembangannya dipengaruhi oleh keturunan dan lingkungan. Yaitu setiap anak yang lahir akan dipengaruhi oleh factor keturunannya, contoh anak yang terlahir dari keluraga yang baik-baik tentunya dia akan menjadi anak yang baik serta dipengaruhi oleh lingkungannya. Hanya saja dalam konsep hadits di atas secara umum manusia lahir memiliki potensi yang sama. Maka dari itu  sebagai orang tua wajib baginya untuk memilihkan lingkungan yang baik agar anak dapat berkembang ke arah yang baik.
                        Dalam hal fitrah anak, orang tua memiliki peranan terbesar dalam pendidikan anak. Orang tuanyalah yang akan menentukan keberhasilan pendidikan anak. Pendidikan tersebut yang membedakan antara anak dengan hewan yang begitu lahir induknya membiarkan anaknya tumbuh dan berkembang untuk memenuhi tugasnya sebagai hewan dewasa karena hewan umumnya telah diberi perlengkapan yang sudah memungkinkan untuk berkembang mencapai kedewasaan berupa insting yang dimilikinya.
                        Menurut Al-Ghazali anak adalah amanah Allah yang harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah. Semua bayi yang dilahirkan di dunia ini bagaikan sebuah mutiara yang belum diukir dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang. Ketergantungan anak terhadap orang tua hendaknya dikurangi secara bertahap sampai akil baligh.[3] 
                        Islam memandang bahwa kemampuan dasar manusia atau pembawaan disebut fitrah, dalam surat Ar-Rum ayat 30 disebutkan bahwa fitrah adalah:
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-lurusnya, (sesuai dengan kecenderungan aslinya), itulah fitrah Allah yang menciptakan manusia atau fitrah. Itulah agama yang lurus, namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya”(QS. Ar-Rum: 30)

                        Fitrah dalam ayat  tersebut implikasi kependidikan yang berkonotasi paham nativisme. Kata fitrah di atas mengandung makna kejadian yang membawa potensi dasar beragama yang benar yaitu agama islam. fitrah dalam pengertian ini berkaitan juga dengan faktor hereditas (keturunan) yang bersumber dari orang tua termasuk keturunan beragama (religionitas) sebagaimana hadits di atas.
                         Menurut Ali Fikri sebagaimana dikutip oleh H.M Arifin kecenderungan nafsu itu berpindah dari orangtua secara turun menurun, oleh karena itu anak adalah rahasia dari orang tuanya, karena manusia dari sejak awal perkembagannya berada digaris keturunan keagamaan orang tuanya. Jika orang tuanya muslim, maka anaknya menjadi muslim, dan jika orang tuanya kafir maka anaknya akan menjadi kafir pula.
                        Oleh karena itu usaha untuk mempengaruhi jiwa manusia melalui pendidikan dapat berperan  positif untuk mengarahkan perkembangan seseorang kepada jalan kebenaran, hal ini terutama dapat dilakukan oleh orang tua, karena tanpa usaha melalui pendidikan yang baik dari orang tua, maka nak akan terjerumus ke dalam kesesatan dan kesalahan. Allah memberi kebebasan kepada manusia untuk memilih dua jalan yaitu benar dan salah sebagaimana ayat berikut:
“dan aku tunjukkan dia dua macam(jalan yang benar dan jalan yang sesat)”.
                        Dengan demikian fitrah (potensi) manusia diberi Allah kemampuan untuk memilih jalan yang benar ataupun salah. Kemampuan memilih tersebut dipengaruhi oleh proses pendidikan yang ditempuh oleh seseorang. Dengan pendidikan akan melatih seseorang untuk mampu berfikir sehat, mampu membedakan yang benar dan yng salah, oleh karena itu dapat menentukan pilihan yang tepat pada jalan yang benar bukan jalan yang sesat.[4]  

Peserta didik memiliki kemuliaan
Sehubungan dengan ini ditemukan hadits antara lain:
عن أنس قال سمعت: رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: أَكْرِمُوْا أَوْلاَدَكُمْ وَأَحْسِنُوْا آدَابَهُمْ رواه القضائى.
Dari Anas, saya mendengarkan Rasulullah SAW bersabda:Muliakanlah anak-anakmu dan baguskanlah pendidikannya”.(HR. Qadhai).

Hadits tersebut memang perintah kepada orang tua untuk memuliakan anaknya dengan bagu, akan tetapi dapat juga kita pahami dari hadits tersebut tertuju kepada peserta didik, dimana seorang peserta didik harus memiliki kemuliaan atau martabat.
                        Adapun diantara membaguskan pendidikan anak pada hadits di atas yaitu: memberikan pemahaman-pemahaman kepada anak, memberikan teladan memilihkan lembaga pendidikan yang baik bagi perkembangan anaknya serta memilihkan teman sebaya yang tidak akan menjerumuskan anaknya kepada jalan yang tidak baik

                        Peserta didik terhindar dari kutukan Allah

عن أبى هُرَيْرَةَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ أَلاَ إِنَّ الدُّنْيَا مَلْعُونَةٌ مَلْعُونٌ مَا فِيهَا إِلاَّ ذِكْرُ اللَّهِ وَمَا وَالاَهُ وَعَالِمٌ أَوْ مُتَعَلِّمٌ رواه الترمذى

                   Dari Abu Hurairah, ia berkata: saya mendengar Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya dunia dan isinya terkutuk, kecuali dzikir kepada Allah dan hal-hal yang terkait dengannya, alim (guru), dan mutaalim (peserta didik).(HR. Tirmidzi)[5]

                        Dari hadits di atas jelaslah bahwa salah satu yang tidak terhindar dari kutukan Allah adalah mutaalim/orang yang belajar (peserta didik), hal ini karena peserta didik merupakan sosok yang sedang mencari kebenaran yaitu dengan menuntut ilmu, sehingga ketika pendidik telah memiliki ilmu derajatnya akan diangkat oleh Allah SWT.

Peserta didik adalah orang yang lebih baik.
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكُمْ بِهَذَا الْعِلْمِ الْعَالِمُ وَالْمُتَعَلِّمُ شَرِيكَانِ فِي الاَجْرِ وَلاَ خَيْرَ فِي سَائِرِ النَّاسِ رواه الطبرانى
Dari Abi Umamah, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “hendaklah kamu ambil ilmu ini…orang alim(pendidik) dan mutaalim (peserta didik) berserikat dalampahala dan tidak ada manusia yang lebih daripadanya.(HR. Thabrani).[6]

                        Dalam hadits di atas, dapat dipahami bahwa pendidik dan peserta didik merupakan manusia yang lebih baik. Hal ini perlu diperhatikan oleh pendidik agar tidak terjadinya otoriter dalam mengajar, serta guru merasa lebih baik di depan peserta didiknya.
Tedapat juga hadits lain yaitu:

عَنْ عُثْمَانَ بْنِ عَفَّانَ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ رواه البخارى
Utsman bin Affan berkata, Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya orang yang paling utama diantara kamu adalah orang yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannaya”.
                        Hadits ini menjelaskan orang yang paling utama adalah yang mempelajari Al-Qur’an dan mengajarkannya. Dalam hal ini kami berpendapat bahwa segala bentuk ilmu pengetahuan yang benar berasal atau ada didlam Al-Qur’an. Maka peserta didik yang mempelajari ilmu agama akan tergolong kepada orang yang utama.
Hadits tentang petunjuk ilmu dan hidayah

عَنْ أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّم قَا لَ مَثَلُ مَا بَعَثَنِي اللّهُ بِهِ مِنَ الْهُدَى وَالْعِلْمِ كَمَثَلِ الْغَيْثِ الْكَثِيْرِ أَصَابَ أَرْضًا فكَانَ مِنْهَا نَقِيَّةٌ قَبِلَتْ الْمَاءَ فَاَنْبَتَتْ الْكَلَأَ وَالْعُشْبَ الْكَثِيْرَ وَ كَانَتْ مِنْهَا أَجَادِبُ أَمْسَكَتْ الْمَاءَ فَنَفَعَ اللّهُ بِهَا النَّاسَ فَشَرِبُوا وَسَقَوْا وَزَرَعُوْا وَأَصَابَتْ مِنْهَا طَائِفَةً أُخْرَى أِنَّمَا هِيَ قِيْعَانٌ لَاتُمْسِكُ مَاءً وَلَاتُنْبِتُ كَلَأً فَذَلِكَ مَثَلُ مَنْ فَقُهَ فِي ديْنِ اللّهِ وَنَفَعَهُ مَا بَعَثَنِي اللّهُ بِهِ فَعَلِمَ وَعَلَّمَ وَمَثَلُ مَنْ لَمْ يَرْفَعْ بِذَ لِكَ رَأْسًا وَلَمْ يَقْبَلْ هُدَى اللّهِ الَّذِى أُرْسِلْتُ بِهِ (اخرجه الشيخان واحمد وهذه رواية البخاري : كتاب العلم : باب فضل من علم وعلّم )

Dari Abi Musa r.a. berkata : Nabi Saw bersabda : “ perumpamaan petunjuk (hidayah) dan ilmu yang diberikan Allah kepadaku bagaikan hujan yang mengguyur  bumi. Ada diantara bagian bumi itu yang gembur dan menyerap air, lalu ia menumbuhkan rerumputan dan ilalang yang banyak. Dan ada sebagian lagi yang padat yang dapat menahan air (danau), kemudian Allah menjadikannya bermanfaat bagi manusia sehingga mereka bisa minum binatang ternak dan bercocok tanam. Dan ada tanah tandus yang tidak bisa menyimpan air juga tidak bisa menumbuhkan rerumputan. Itulah perumpamaan oranga yang memahami agama Allah dan mengambil manfaat dari apa yang diberikan Allah kepadaku. Ia tahu dan mengajarkan apa yang ia ketahui. Juga perumpamaan orang yang acuh tak acuh dan tidak mau menerima hidayah Allah yang diberikan Allah kepadaku.”(Muttafaq’alaih)[7]

                              Hadits di atas Pada hadis diatas Nabi Saw. Mengumpamakan petunjuk dan ilmu yang untuk disampaikan kepada manusia yang menjadi tugas yang diberikan Allah, adalah seumpama hujan lebat yang menimpa suatu daerah. Sebagian tanah didaerah itu ada yang subur lalu tumbuhlah disitu tumbuhan-tumbuhan yang baik, yang kering yang basah serta banyak rambut. Sebagian tanah didaerah itu keras, dan air tidak meresap ketanah. Karena itu tergenglah ar diatasnya, maka air itu dapat dipergunakan untuk minuman manusia. Sebagian tanah yang lain merupakan licin, tandus, tidak dapat menampung air dan tidak dapat pula menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Bagian tanah yang pertama diibaratkan orang yang dapat mendalamkan pengetahuan dalam ilmu agama dan hukum Allah serta memberi manfaat kepadanya dengan apa yang Nabi datangkan. Dia mempelajari agama dan mengajarkan apa yang telah dkatahui kepada orang lain.
                              Sebagian tanah yang tidak dapat menghasilkan apa-apa, tidak dapat menampung air menjadi minuman dan tidak dapat menumbuhkan tanam-tanaman adalah perumpamaan orang yang sombong, tidak ada kemauannya untuk menerima ilmu atau tidak ada perhatiannya untuk beramal. Dia merupakan tanah yang benar-benar berzat garam, tidak dapat menampung air, bahkan merusaknya. Ini adalah perumpamaan orang yang tidak mau menerima agama. [8]
                              Dari hadis tersebut dapat diketahui bahwa ada golongan yang ilmunya memberi faedah bagi dirinya sendiri, dan bagi masyarakatnya. Ada golongan yang ilmunya tidak memberi faedah kepada dia sendiri tetapi memberi faedah bagi orang lain. Dan ada yang tidak memberi faedah bagi dirinya sendiri dan tidak pula untuk orang lain.

 IV.        KESIMPULAN
                        Dari pembahasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa peserta didik adalah seorang individu yang tengah mengalami fase perkembangan atau pertumbuhan baik dari segi fisik, mental maupun psikis.
            kriteria peserta didik adalah sebagai berikut: Peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa, peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa tetapi memiliki dunianya sendiripeserta didik memiliki periodasi perkembangan dan pertumbuhanpeserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individu baik disebabkan oleh faktor bawaan maupun lingkungan dimana ia beradapeserta didik merupakan dua unsur utama jasmani dan rohani, unsur jasmani memiliki daya fisik, dan unsur rohani memiliki daya akal hati nurani dan nafsu
            Terdapat hadits-hadits yang menjelaskan tentang peserta didik diantaranya sudah tertera pada pembahasan di atas yaitu hadits tentang keutamaan peserta didik, kemuliaan peserta didik, hadits tentang petunjuk ilmu dan hidayah.

   V.        PENUTUP
                   Demikian makalah ini kami buat. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami selanjutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin         
DAFTAR PUSTAKA
Al-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir. Al-Maktabah Al-Syamilah.
Al-Tirmidzi, Al-Maktabah Al-Syamilah.
Dhofir Muhil. Syarah dan Terjamah Riyadhus Shalihin/ Imam Nawawi. Jakarta: Al-‘I’tishom.
Hasbi Ash Shidieqy, Teuku Muhammad. Mutiara Hadis 6 Pemerintahan & Jihad, Berburu, Qurban, Minuman &Perhiasan, Tata Krama, Memberi Salam, Pengobatan& Penyakit, Perlakuan terhadap Binatang, Keutamaan Etika, Syair, Ru’yah & Mimpi, Beberapa Keutamaan Nabi Saw.,Keutamaan Para Nabi. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2003.
Supriyono Widodo. Filsafat Manusia dalam Islam. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 1996.
Suryani, Hadits Tarbawi. Yogyakarta: Teras. 2012.
Uhbiyati Nur. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam. Semarang: Pustaka Rizki Putra. 2002.
Vandha. Pendidikan Islam dan Sumber Daya Manusia. Jakarta: 2008.




                  [1] Vandha. Pendidikan Islam dan Sumber Daya Manusia. (Jakarta. 2008) hlm. 72
                [2] Widodo Supriyono, filsafat Manusia dalam Islam (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 1996) hlm. 105
                   [3] Nur Uhbiyati, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan Islam (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2002) hlm. 
                89-94
                 [4] Suryani, Hadits Tarbawi (Yogyakarta: Teras, 2012) hlm. 96-98
                 [5] Al-Tirmidzi, Al-Maktabah Al-Syamilah
               [6] Al-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Kabir. Al-Maktabah Al-Syamilah
               [7]Muhil Dhofir, Syarah dan Terjamah Riyadhus ShalihinImam Nawawi, (Jakarta Al-‘I’tishom),                   hlm. 532.
                [8] Teuku, Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Mutiara Hadis 6 Pemerintahan & Jihad, Berburu, Qurban, Minuman &Perhiasan, Tata Krama, Memberi Salam, Pengobatan& Penyakit, Perlakuan terhadap Binatang, Keutamaan Etika, Syair, Ru’yah & Mimpi, Beberapa Keutamaan Nabi Saw.,Keutamaan Para Nabi, (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2003), hlm. 508.

No comments:

Post a Comment

Comments System

Disqus Shortname